Jumat, 10 Oktober 2025

CONTOH ANALISIS UNSUR INTRINSIK CERPEN (CERITA PENDEK)

 


CERPEN: SENJA DI BALIK LAYAR

Risa mencibir. Lagi-lagi Ayah duduk di teras belakang, menghadap pepohonan rambutan di kebun, tanpa melakukan apa pun selain diam. Gadis berusia lima belas tahun itu merasa aktivitas Ayah sungguh membosankan, terutama dibandingkan dengan kesibukan layar ponselnya yang tak pernah mati—menggulir unggahan teman-teman, membalas obrolan daring, dan menonton video-video pendek.

Sore itu, teras rumah mereka diselimuti cahaya oranye keemasan yang sempurna. Ayah menghirup napas dalam-dalam, seolah aroma tanah basah dan daun yang berguguran adalah harta karun tak ternilai. Risa, sebaliknya, menyandarkan punggungnya ke dinding, wajahnya sepenuhnya tenggelam dalam sinar biru layar.

“Senja ini indah, Nak,” ujar Ayah pelan, suaranya nyaris berbisik.

Risa hanya bergumam tanpa mengalihkan pandangan. “Iya, Yah. Nanti Risa capture dari sini.”

Ayah tersenyum tipis, tapi matanya memancarkan kesedihan. “Senja di layar itu dingin, Risa. Senja yang sungguhan ini hangat. Coba lihat, awan-awan itu seperti lukisan cat air yang bergerak.

Risa kesal. Ayah selalu mencoba menarik perhatiannya dari dunia yang Risa anggap lebih menarik.

“Ayah, aku sudah lihat banyak foto senja yang lebih bagus dari influencer di Bali. Yang ini biasa saja,” balas Risa datar.

Ayah tidak menjawab. Beliau hanya mengalihkan pandangannya kembali ke cakrawala, bahunya tampak sedikit meluruh. Kesunyian pun merayap, hanya diselingi suara jangkrik dan ketukan jari Risa di layar.

Tiba-tiba, layar ponsel Risa menjadi gelap. Baterai habis. Risa menghela napas panjang, frustrasi. Ia mencoba menyalakan lagi, namun nihil. Setelah memastikan dayanya benar-benar lenyap, Risa mendongak.

Saat itulah Risa melihatnya.

Langit.

Warna oranye tadi kini telah bertransisi menjadi ungu gelap, diselingi sapuan merah jambu dan biru tua. Sinar terakhir matahari menyentuh pucuk-pucuk pohon, membuat daun-daun itu berkilau bagai berlian. Risa merasakan kehangatan yang tadi disebut Ayah, bukan hanya pada kulitnya, tetapi juga merambat ke hatinya. Itu adalah keindahan yang tidak dapat diwakili oleh piksel atau filter mana pun.

Risa menoleh ke samping. Ayah masih di sana, menatap lurus.

“Ayah…” panggil Risa, suaranya pelan.

Ayah menoleh dan tersenyum tulus. Itu bukan senyum sedih yang tadi, melainkan senyum puas yang penuh kedamaian.

“Sudah selesai, Nak?” tanya Ayah lembut, “Senja yang nyata selalu menunggu kita.”

Risa mengangguk, meletakkan ponsel matinya di bangku. Malam telah datang, tapi saat itu, Risa merasa baru saja disajikan pagi yang baru. Ia tahu, mulai sekarang, ia harus lebih sering mendongak.


ANALISIS UNSUR INTRINSIK

Berikut adalah analisis terhadap unsur-unsur yang membangun Cerpen Senja di Balik Layar dari dalam:

1. Tema

Tema Utama: Kesadaran akan pentingnya kehadiran dan realitas dibandingkan dengan ilusi dunia digital.

Tema Tambahan: Hubungan antara orang tua dan anak serta keindahan alam.

2. Tokoh dan Penokohan

  • Risa: Tokoh utama (protagonis). Digambarkan sebagai remaja yang introvert, egois (di awal), dan tergantung pada teknologi (terbukti dari keengganannya mendongak). Ia mengalami perubahan karakter (dinamis) menjadi sadar dan bersyukur di akhir cerita.

  • Ayah: Tokoh pendukung. Digambarkan sebagai sosok yang bijaksana, penyabar, pencinta alam, dan memiliki kasih sayang yang mendalam (terbukti dari senyum tulusnya dan kalimat bijaknya). Ayah berperan sebagai katalis perubahan bagi Risa.

3. Alur (Plot)

Cerpen ini menggunakan Alur Maju (Progresif) karena peristiwa bergerak secara berurutan, dimulai dari perkenalan situasi hingga mencapai penyelesaian.

  • Pengenalan: Risa dan Ayah duduk di teras, Ayah menikmati alam, Risa sibuk dengan ponselnya (Pengenalan tokoh, latar, dan masalah awal).

  • Konflik: Ayah mencoba mengajak Risa berinteraksi dan mengomentari senja, tetapi Risa menolak dengan alasan bahwa senja di ponsel lebih baik. (Konflik batin dan konflik antartokoh).

  • Klimaks: Ponsel Risa mati total (titik balik/konflik eksternal). Kematian ponsel memaksa Risa untuk mendongak.

  • Resolusi: Risa akhirnya melihat keindahan senja yang sesungguhnya dan menyadari kehangatan yang dimaksud Ayah. Ia meletakkan ponselnya. (Masalah terselesaikan, ada perubahan sikap pada tokoh utama).

4. Latar (Setting)

  • Latar Tempat: Teras belakang rumah (dekat kebun rambutan). Latar ini sederhana tetapi penting karena menempatkan tokoh dekat dengan alam.

  • Latar Waktu: Sore hari menjelang malam (saat senja/matahari terbenam). Waktu ini esensial karena senja adalah inti dari pesan cerita.

  • Latar Suasana: Awalnya sunyi dan sedikit tegang (akibat perbedaan pandangan Risa dan Ayah), kemudian berubah menjadi hangat, damai, dan menyadarkan (di bagian akhir).

5. Sudut Pandang

Cerpen ini menggunakan Sudut Pandang Orang Ketiga Serbatahu (Omniscient Third Person). Narator menggunakan kata ganti "Risa" dan "Ayah" dan tahu persis apa yang dirasakan Ayah ("matanya memancarkan kesedihan") dan apa yang dipikirkan Risa ("Risa merasa aktivitas Ayah sungguh membosankan").

6. Gaya Bahasa (Diksi dan Majas)

  • Diksi: Menggunakan diksi yang sederhana namun efektif untuk menciptakan suasana kontras (dingin vs. hangat, layar vs. nyata).

  • Majas (Gaya Bahasa):

    • Metafora/Personifikasi: "...cahaya oranye keemasan yang sempurna." (Pencitraan Penglihatan).

    • Perumpamaan (Simile): "...awan-awan itu seperti lukisan cat air yang bergerak." (Membandingkan awan dengan lukisan untuk menciptakan keindahan visual).

7. Amanat

Amanat Utama: Jangan biarkan teknologi dan dunia maya membuat kita kehilangan momen-momen berharga dan keindahan nyata yang terjadi di sekitar kita. Hargai kehadiran orang-orang terdekat dan alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar